Cegah Kekerasan, Indonesia Harus Tekan Sektarianisme

Written By bopuluh on Rabu, 17 April 2013 | 23.17

JAKARTA, KOMPAS.com - Tokoh muda Pakistan Dr. Hussain Mohi-Ud-Din Qadri menilai, Indonesia sebagai negara majemuk dengan beragam agama perlu melakukan langkah antisipatif terhadap menyebarnya faham sektarianisme. Dalam pengalaman di berbagai negara, termasuk Pakistan dan Indonesia, sektarianisme kerap menimbulkan konflik dan kekerasan di tengah masyarakat.

Terkait dengan hal itu, generasi muda merupakan kelompok yang paling potensial untuk dikenalkan dengan sikap toleran di tengah kehidupan yang majemuk. Pandangan itu diutarakan Hussain saat berbicara dalam public lecture series dengan tema "Pakistani Youth Role in Preventing Pro-Violence Ideology" yang diselenggarakan Lazuardi Birru bersama dengan UIN Syarif Hidayatullah, di Jakarta, Kamis (18/4/2013).

Berdasarkan siaran pers yang diterima Kompas.com siang ini, hadir dalam acara itu, tak kurang dari 5.000 generasi muda, yang mendapatkan pelatihan pencegahan tindak kekerasan. "Sikap toleransi yang tinggi di antara pemeluk agama sangat penting untuk meminimalisasi kekerasan yang kerap terjadi," kata Hussain.  "Pendidikan karakter tolerasi harus terus didorong oleh Pemerintah terutama negara-negara yang memiliki keberagaman agama," tambah Hussain.

Hussain kemudian menjelaskan perlunya dialog kondusif di antara para pemimpin agama agar tercipta keharmonisan yang bisa menekan terjadinya tindakan radikalisme dan kekerasan atas nama agama.

"Di Pakistan dan negara manapun termasuk Indonesia dialog antarpemimpin agama itu sangat penting untuk menciptakan harmonisasi yang pada akhirnya bisa menekan bibit anarkisme dan kekerasan. Selain itu, Saya juga menyarankan kepada generasi muda Indonesia untuk tidak mudah terpancing hasutan hasutan yang bisa menjerumuskan mereka dalam tindak kekerasan yang merugikan orang lain," kata Hussain.

Sementara itu, Ketua Lazuardi Birru Dhyah Madya Ruth SN mengatakan, telah terjadi sekitar 1.000 aksi bom bunuh diri di Pakistan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir, dengan korban telah mencapai lebih dari 1 juta rakyat sipil. Sekitar 40 hingga 50 nyawa hilang setiap hari, karena penembakan langsung oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.

Sementara di Indonesia, sejak pasca reformasi telah terjadi 12 kali aksi bom bunuh diri dengan korban lebih dari 300 rakyat sipil. "Apabila kita tidak mampu melakukan pencegahan, bukan tidak mungkin prediksi bahwa Indonesia akan seperti Pakistan dalam waktu 10 tahun akan terjadi," kata Dhyah.

"Kita semua tentu tidak mengharapkan Indonesia seperti Pakistan kini, yang jauh dari rasa aman. Untuk itu, generasi muda Indonesia perlu belajar dari pengalaman Pakistan, agar Indonesia mendatang tidak menjadi seperti Pakistan kini," kata Dhyah.

Pada bagian lain, Dhyah menjelaskan, Hussain adalah putera dari Muhammad Tahir ul Qadri, pendiri Minhaj-ul Qur'an International (MQI), sebuah lembaga sosial yang berpusat di Lahore, Pakistan dan hingga kini telah memiliki cabang di sekitar 100 negara.

"MQI merupakan gerakan sosial keagamaan yang aktif dalam mereformasi politik di Pakistan melalui kegiatan pendidikan. MQI telah melakukan kerja-kerja sosial dan edukasi yang luar biasa dalam menanggulangi ekstrimisme dan terorisme serta menciptakan harmoni antara masyarakat yang berbeda budaya, etnis, dan agama," ungkap Dhyah.

Editor :

Glori K. Wadrianto


Anda sedang membaca artikel tentang

Cegah Kekerasan, Indonesia Harus Tekan Sektarianisme

Dengan url

http://givesthecoloroflife.blogspot.com/2013/04/cegah-kekerasan-indonesia-harus-tekan.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Cegah Kekerasan, Indonesia Harus Tekan Sektarianisme

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Cegah Kekerasan, Indonesia Harus Tekan Sektarianisme

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger