Seperti saling show off, setiap pekan budaya punya keunikan tersendiri untuk dibanggakan di hadapan para mahasiswa internasional. Tak heran, seperti halnya pekan budaya dari mahasiswa asing lainnya, dari tahun ke tahun Grand Show di Indonesian Week selalu ditunggu, terutama penampilan Tari Saman seperti pada pementasan kolosal "Malin Kundang", yang menutup rangkaian acara Indonesia Week 2013: Indonesia for Everyone di Millenium Hall,
Ritsumeikan Asia Pacific University (APU), Jumat (28/6/2013) lalu.
"Tarian ini jadi ciri khas Indonesia Week dan selalu melibatkan mahasiswa asing sebagai penarinya. Kami tidak mencari penari profesional, tapi merekrut mereka (mahasiswa asing) untuk berlatih. Dengan begitu, mereka yang terlibat itu memahami Indonesia. Jadi, ini bukan soal hasil pertunjukannya, melainkan prosesnya," kata Robertus Dwiputra Darmawan kepada Kompas.com.
"Hal paling menantang dan menarik itu ketika atmosfer latihan menjadi tidak enak. Di sinilah saya harus memutar suasana supaya menjadi menyenangkan dengan berpikir kreatif agar mereka selalu menikmati tarian dan musiknya. Saya berusaha menjalani semua ini sebagai keluarga, menari bersama sebagai sebuah keluarga," ujar Lisa.
"Walaupun mereka dan saya bukan penari profesional, kami yakin, dengan tetap berpikir positif serta saling percaya satu sama lain sebagai grup, dengan tarian ini kami bisa membuktikan inilah 'Indonesia for Everyone'," tambahnya.
Bau kencur
Tanpa bantuan koreografer profesional, pementasan beberapa tarian daerah yang melibatkan para penari asing pada pementasan kolosal "Malin Kundang" tersebut sukses tanpa cela. Kerja keras selama 9 bulan para mahasiswa Indonesia melibatkan para mahasiswa internasional lainnya di acara ini berbuah hasil cemerlang.
"Saya enjoy sekali menari. Mungkin karena tariannya dimainkan bersama-sama, sejak latihan sampai tampil di panggung rasanya menyenangkan. Awalnya susah, tapi setelah dua bulan latihan saya bisa mengikuti," kata Yuriko, mahasiswi asal Jepang yang tahun ini duduk di tahun kedua jurusan APS.
Yuriko, yang ikut menarikan Ronggeng Manis, tarian tradisional Betawi, mengaku senang bisa berpartisipasi di Indonesia Week 2013. Dengan cara itu, murid kelas Bahasa Indonesia ini bisa mengenal lebih jauh tentang Indonesia.
"Teman-teman Indonesia baik dan sabar mengajarkan tarian. Saya jadi senang," ujar Yuriko, yang berjanji tahun depan akan ikut menari tarian tradisional Indonesia lainnya di acara tersebut.
Pengalaman Monica tak ubahnya dengan Yuriko. Mahasiswi asal Lithuania yang duduk di tahun kedua di jurusan APS ini mengatakan sangat bangga bisa sukses menari Tari Saman, malam itu.
"Awalnya saya hanya tertarik melihat penampilan Tari Saman pada tahun lalu acara ini digelar. Waktu rekrutmen penari dibuka, saya daftar dan ikut latihan. Mulanya sulit, tapi karena seminggu empat kali latihan, pelan-pelan saya bisa mengikuti. Saya suka tarian ini, karena serempak dan enerjik," ujar Monica.
Monica Elvina Saputra, Ketua Panitia Indonesia Week 2013 mengakui, tanpa melibatkan penari profesional, sebuah pentas kolosal melibatkan ratusan penari "bau kencur" pada pergelaran ini memang bukan pekerjaan enteng. Namun, kekompakan, kesabaran serta ketekunan para mahasiswa Indonesia untuk "mentransfer" ilmu menari menjadi kunci keberhasilan acara ini.
"Ini benar-benar keajaiban. Awalnya saya juga tidak pede. Namun, karena semua teman menyemangati, dan teman-teman internasional yang terlibat juga bersemangat, tidak kata menyerah untuk saya. Kini, semua terbayar sudah. Saya makin cinta Indonesia di sini," ujar mahasiswi akrab disapa Vina ini.
Editor : Latief